PENGENDALIAN DIRI

Pelajaran ini saya mendapatkannya ketika saya menginjak usia dewasa, pengendalian yang sebenarnya berasal dari pengendalian pikiran kita. semua berawal dari pikiran kita, semua tergantung pikiran. Pikiran yang rumit membuat seolah dunia ini akan tampak rumit, sebaliknya pikiran yang jernih dan nyaman, bisa membuat kita nyaman dengan diri kita sendiri.

1. MEMAHAMI KEBENARAN
Benar menurut kita belum tentu benar menurut orang lain begitu pun sebaliknya. Kebenaran yang kita temukan selama ini adalah kebenaran relatif yang sementara yang bisa berubah oleh waktu – tempat – juga sudut pandang, contohnya galileo dibunuh karena dianggap melawan teori “matahari mengelilingi bumi”, namun sekarang teori galileo yang dipakai “bumi mengelilingi matahari. Dan juga beberapa contoh lainnya.

Kebenaran Mutlak hanyalah milik Tuhan. Kebenaran hanya bisa dirasakan. Namun yang menjadi permasalahan seringkali kita memposisikan diri sebagai Tuhan, “seolah kitalah yang paling benar”, “kitalah satu2nya yang benar”. Di sisi lain orang pun punya kebenaran sendiri yang akhirnya “masing-masing pihak merasa memiliki kebenaran” pada ujungnya tiap2 orang melakukan pembenaran. Terjadilah pertempuran dan ketidaknyamanan hati. Coba, bila tiap orang berempati memahami sudut pandang masing-masing.

Pahamilah kebenaran orang lain terlebih dahulu, pahami sudut pandangnya, dan bila kita memiliki yang kita anggap kebenaran sampaikanlah secara perlahan sehingga dia bisa memahami kebenaran dan sudut pandang kita.

Memahami WTS pun adalah memahami kebenaran. Tidak menghardiknya sebagai manusia sampah. Coba kita tanyakan kepada diri kita mengapa dia sampai menjadi WTS? mungkin karena perilaku kita yang korup telah membuat kemiskinan di indonesia, sulit lapangan kerja, rendah pendidikan,…tidak ada pilihan lain: menjadi WTS.

Saya kira lebih arif bagi kita memberikan pekerjaan yang halal daripada kita menghardiknya.
Begitu banyak kebenaran yang perlu kita pahami dan kita rasakan di dunia ini daripada menghardiknya. Pahamilah Kebenaran.

2. MENGHINDARI KEKERASAN
a. petinju mati apakah kekerasan? bukan.
b. kerusuhan banyak orang mati apakan kekerasan? bukan.

Mengapa? karena kedua2 dilakukan atas kesepakan kedua belah pihak untuk bersama2 melakukan tindakan yang keras, mati adalah resikonya. Jika para perusuh sepakat untuk menyelesaikan masalah dengan duduk tenang hati dingin, tentu pertumpahan darah akan teratasi.

Apa itu kekerasan?
Kekerasan adalah tindakan yang kita lakukan yang berakibat rusaknya atau ketidaknyamanan: fisik, pikiran dan rasa orang lain, langsung maupun tidak langsung.
Contohnya:
1. membuat perumahan di daerah terlarang di puncak, jakarta banjir.
2. pengusaha yang membabat hutan, sehinga lingkungan/ekosistem rusak.
3. membuang sampah sembarangan sehingga kotor, banjir, penyakit, dll.
4. mencuri/korupsi shg rakyat ratusan juta sengsara.
5. menggunjing orang lain.
6. berkendaraan seenaknya di jalanan
Dan masih banyak lagi ratusan bahkan jutaan kekerasan yang kita saksikan.
Oleh karena itu hindarilah kekerasan demi kenyamanan diri & pikiran kita.

3. MENGHINDARI KESERAKAHAN
Bukan berarti kita menghentikan usaha ketika sedang berjalan mulus. Menghindari keserakahan adalah “tidak mengambil sesuatu apapun sedikit pun yang tidak menjadi hak kita”.
rp 1 saja kita curi, cukuplah membuat alam pikiran bawah sadar kita tidak nyaman. 1 buah sendok yang kita pinjam dari tetangga yang belum dikembalikan cukuplah membuat pikiran kita tidak nyaman.
Oleh karena itu tempatkanlah hak orang & hak kita pada posisi yang seharusnya. Jangan pernah mengambil sesuatu apapun sedikit apapun yang tidak menjadi hak kita. Ingatlah suatu hari kita pasti harus mengembalikannya bahkan dengan cara yang berbeda. Ingatlah energi itu tidak pernah hilang – hanya berubah wujudnya saja.

4. MENGHINDARI EKSTRIMITAS
Berlebihan. makan berlebihan, minum berlebihan, berdandan berlebihan, berbicara berlebihan, gembira/tertawa berlebihan, marah/sedih berlebihan dsb. Makan dan kebutuhan jasmani lainnya adalah kewajiban namun jangan berlebihan. Emosi/ marah/sedih adalah kewajiban lakukanlah secara proporsional. Emosilah (seperti marah) dengan kadar, waktu, tempat, dan cara yang proporsional/ cara yang tepat. Lakukanlah tindakan fisik kita secara proporsional tidak ekstrim untuk menghindari ekstrimitas.

5. MENGHINDARI RASA INGIN DI PUJI
Begitu banyak kita saksikan kesengsaraan manusia hanya lantaran rasa ingin dipuji, ingin diberikan tepuk tangan, ingin dielu-elukan, ingin dikatakan hebat, ingin bahkan menuntut upah atas segala tindaknnya, upah ingin di puji.
17 raka’at seorang muslim belum termasuk shalat sunat, hitunglah berapa kali mengucap “alhamdulillah” yang artinya “segala puji bagi Allah”. Pujian hanyalah milik Tuhan. Ketika rasa ingin dipuji ada dalam pikiran kita, tahukah bahwa “kita telah mengambil hak Tuhan?”. Tehukah betapa murkanya Tuhan.

6. MEMBEBASKAN KETERIKATAN
Bukan lari dari atau tidak merasa bertanggung-jawab.
Tapi menyatakan setulusnya “bahwa apapun di semesta ini adalah milik Yang Maha Kuasa” harta benda, anak, isteri, suami, bumi, apapun adalah milik-Nya. Dia maha berkuasa berbuat apapun terhadap semesta ini. Bahkan badan kita saja bukan milik kita.

Lepaskan rasa kepemilikan bendawi dari pikiran kita, semua adalah milik-Nya. Milikilah bendawi tanpa rasa kepemilikan, hita hanya mengelola bendawi kita milik Tuhan untuk bermanfaat bagi mahluk lain ciptaan Tuhan.

Terima kasih

(Note From MN)

2 Komentar

Filed under Cerita Biasa

2 responses to “PENGENDALIAN DIRI

  1. Nice Info Gan 🙂 Amazing article

  2. pengendalian diri itu sgt penting….tapi sulit tuk di lakukan klo kita lbh mengandalkan ego kita…nice share….

Tinggalkan komentar